Berbagi Dalam Kesederhanaan, Hidup Menjadi Indah

Kamis, 15 September 2016

Kemasan dan Isinya



Kemasan dan Isinya

Suatu hari di toko swalayan saat menuju meja kasir untuk membayar belanjaan, Dina teringat sesuatu yang belum ia dapat, bersama ayahnya. 


"Pa, aku hampir lupa buah pir kaleng!" Ujar Diana ketika berbelanja dengan ayahnya di sebuah pasar swalayan dekat rumahnya. Sialnya, yang ada di rak hanya tinggal sekaleng buah pir. Itu pun kalengnya peot-peot, sebagian lebelnya sudah terkelupas. Masih untung masa kadaluarsanya  masih lama. Tanpa pikir panjang Diana langsung menyambarnya dan meletakannya di dalam keranjang belanja.

Ayah dan anak itu meneruskan aktivitas belanja, pada saat menuju kasir, Diana bertemu dengan seorang pemuda yang sedang menemani seorang ibu berbelanja. Penampilan pemuda itu memang agak ketinggalan jaman, mungkin kampungan. Dengan tampang tidak memikat, badan kurus dan berkacamata tebal yang sering melorot ke bawah karena hidungnya yang pesek. Saat melihat Diana, raut muka pemuda itu berbinar-binar.
"Apa kabar, Diana?" Sapanya
"Huh..." yang ditanya menjawab cuek, ketika berpapasan. Diana sengaja mendorong kereta belanjanya cepet-cepat untuk menghindari sang pemuda yang terbengong-bengong

Ketika sampai di tempat parker, ternyata ayahnya memperhatikan sikapnya tadi, lalu bertanya.
"Din..., itu tadi siapa?" Sang ayah bertanya
"Salah seorang cowok di kelasku. Sudah ayah tidak usah dibahas. Aku tidak suka dia!"
"Mengapa?"
"Masa, ayah tidak bisa melihat sendiri?". Seolah tanpa menghiraukan jawaban si anak, pria paruh baya itu lalu memungut kaleng buah yang sudah peot dari kereta belanjanya.
"Sayang lihat barang pilihanmu ini..!, Pasti ada yang tak beres dengan buah yang ada di dalamnya. Apa tidak sebaiknya di kembalikan saja?"
"Jangan,Yah! Memang kemasannya sudah cacat, tapi buah di dalamnya masih bagus," ujar Diana protes.
"Kamu benar, Din..." Jawab sang ayah
"Sering kita tertipu dengan bungkus atau penampilan luar, padahal isinya bagus. Jangan lupa Din..., prinsip ini berlaku juga untuk menilai orang."

Sejenak Dina berpikir apa yang di ucapkan ayahnya, ia merenungi apa yang baru saja ia lakukan terhadap temannya tadi...dia tidak punya salah padaku, kata hatinya. Sejak saat itu ia berubah dalam menyikapi setiap orang dengan berpandangan positif, yang membuat hatinya merasa senang....