Tersebutlah kisah suami isteri Ilyas dan Sham Semagi yang menjalani kehidupan bahagia setelah menjadi miskin. Mereka tinggal dirumah majikannya yang bijaksana. Kisah kebahagiaan terjadi dalam suatu percakapan jamuan makan dirumah majikannya. Majikan yang bijaksana bercerita kepada tamunya, setelah salah seorang tamu memperhatikan Ilyas yang sedang membawakan minuman,
“Dulu ia orang terkaya didaerah ini, namanya Ilyas. Pernahkah Anda mendengar namanya?”. “Saya belum pernah melihatnya sebelum ini, tapi namanya sangat terkenal.”. “Kini ia jatuh miskin dan tinggal disini bersama istrinya. Mereka bekerja membantu kami sekeluarga. Ia hidup tenang, damai dan bekerja dengan baik.”
Kemudian majikannya memanggil Ilyas dan Sham Semagi sang istri, lalu bercerita, “Selama lima puluh tahun kami mencari kebahagian dan gagal menemukannya. Kini pada tahun kedua kami disini, ketika kami tak punya apa-apa dan hidup sebagai orang upahan, kami justru menemukan kebahagiaan sejati dan tak memerlu kan apapun lagi.”
Perempuan itu berkata lagi, ”Ketika kami kaya raya, kami tak pernah merasakan kedamaian, tak ada waktu untuk bercakap-cakap, berfikir tentang jiwa kami atau berdoa pada Tuhan. Kami punya banyak kecemasan. Jika kedatangan tamu, kami cemas tidak bisa menjamu mereka dengan baik. Kami cemas tak memperlakukan pekerja-pekerja kami dengan baik . Kami takut dosa. Jika hendak tidur, kami cemas jangan-jangan kekayaan dan ternak kami dicuri. Tidur kami jadi tidak nyenyak. Kecemasan yang satu berganti dengan kecemasan yang lain. Kami jadi sering berselisih paham, dan itu adalah dosa. Kami hidup dalam kecemasan dan dosa yang membuat kami tak pernah bahagia.”
“Kini kami bangun pagi bersama dan berbicara dari hati ke hati dengan penuh cinta dan kedamaian. kami tak pernah lagi bertengkar, tak ada lagi yang perlu dicemaskan. Kami hanya perlu melayani majikan kami dengan baik. Kami bekerja keras sebisa mungkin dan itu membuat majikan kami menyayangi kami. Setelah bekerja, tersedia makanan dan minuman, kami mendapat tempat berteduh yang hangat. Ada banyak wak tu untuk bercakap-cakap, berfikir tentang jiwa dan kehidupan. Akhirnya kami menemukan kebahagiaan setelah lima puluh tahun mencarinya.”
Ilyas sang suamipun menyela,“Inilah kehidupan, kami dulu begitu bodoh dan menangis ketika kehilangan kekayaan, tetapi Tuhan telah membuka kebenaran bagi kami kini. Semua itu adalah titipan.”